Monday, December 14, 2015

Aku dan hapalanku

Beberapa hari ini aku kepikiran untuk menuliskan pengalaman yang ku alami ketika berkelana. Bukan maksud untuk pamer dengan pengalaman yang sedikit ini. Hanya berharap jejak ini nanti akan bisa menjadi kenangan yang indah dalam hidupku. Apatah lagi jika bisa membawa manfaat bagi orang lain, terutama di diri sendiri.
Tak terasa, aku sudah satu tahun di pulau Jawa. Berangkat dari Bandara dengan ridho orang tua, berharap pulang kembali dengan hasil yang nyata. Aku tak memikirkan, harapan dan beban yang ada di pundakku saat ini, yang ku tahu Allah memperjalankanku menuju salah satu cita-cita yang pernah ku tuliskan beberapa tahun lalu, yaitu menghapal Qur'an. Bahkan aku menulisnya ketika belajar tahsinku masih tingkat ke tiga. Apalagi berpikiran bisa mengahafal 5 juz ketika sambil kuliah. Tapi Allah mengaturnya begitu apik. Hingga aku seperti terbang ke langit dan tanganku begitu ringan memetik bintang-bintang. Memang semua sudah jadi kuasa Allah. Maka, ketika pertama kali aku memutuskan untuk mengambil kesempatan ini, aku hanya berharap nantinya akan bisa membahagiakan orangtuaku terutama.

Memang untuk jauh dari keluarga bukan suatu yang gampang, tapi tidak pula sangat sulit.
Udara dan makanan yang berbeda antara Sumatera dan Jawa, acapkali menjadi masalah. Namun, semua proses harus tetap di jalani hingga nanti akan terbiasa dengan semua ini. Aku berpikir setelah sekian bulan aku di sini, aku tak akan mudah sakit lagi. Walaupun nyatanya tak demikian.
Tapi, mungkin itu lah yang namanya perjuangan.
Menahan rasa kantuk, lapar adalah teman agar tetap bisa berlama-lama dengan alqur'an. Walau godaan ternyata tak menyerah begitu saja. Kadang terlalu asyik mengobrol dengan teman se asrama, asyik tidur hingga sore. Hingga setoran hanya bisa seadanya. Bukan tidak pernah di tegur oleh kepala yayasan, bahkan setiap hari kami diingatkan agar tidak tidur pagi, berjauhan dengan teman ketika mengahapal, perbanyak istighfar ketika hafalan tak lengket-lengket, serta banyak berdo'a karena Allah yang akan memasukan ke dada para penghafal. Jadi, jangan mudah puas dan sombong ketika mampu mengahapal dengan cepat. Semua kuasa Allah, yang berkuasa memasukan di dada penghapalnya. Maka Allah juga berkuasa mencabutnya lagi dari para pengahapal dengan cara menyibukan kita dengan yang melalaikan. Na 'udzubillahi min dzalika.

Memang adakalanya begitu semangat, tapi adakalanya pula mulai kendor. Memang lebih baik jika ada yang mengingatkan, hingga tak berlama-lama menghabiskan waktu untuk hal yang tidak perlu. Dan menghapal sebenarnya bukan pekerjaan satu dua hari, satu dua bulan, atau juga satu dua tahun. Tapi menjadi shohibul qur'an itu seumur hidup. Mungkin ada yang bisa setoran seluruh isi al qur'an dalam waktu tertentu. Entah itu satu hari, satu minggu, satu bulan, satu tahun. Tapi tetap saja untuk mengokohkannya butuh waktu yang lebih dari itu. Bahkan bisa seumur hidup harus selalu dikuatkan.

Bersungguh-sungguh dan konsisten adalah ikhtiar yang sebenarnya. Memang itu berat, aku pun masih jauh dari hal itu. Tapi aku terus berusaha semampuku. Aku abaikan pertanyaan yang membuat hatiku kecil.
Aku berserah pada-Nya. Allah yang memperjalankanku, maka Ia Maha Kuasa untuk membuatku sampai pada akhir dari destinasi perjalanan ini. Aku hanya bisa terus berjalan mengikuti arah dan berusaha tidak terjebak oleh liku-liku dan terjal jalan yang ku tempuh.
Menghapal itu suatu kenikmatan menurutku, apalagi penuh dengan perjuangan ketika mendapatkannya. Aku bahkan salut dengan seorang temanku yang ia mempunyai tumor otak yang sering kambuh, ia begitu semangat menghapal. Karena baginya sakit fisik tak menghalanginya untuk menghapal, asal jangan sakit ruhnya. Masya allah. Aku selama ini masih manja. Sakit sedikit, tidak bisa setoran.
Aku hanya berharap, aku bisa menyelesaikan hapalanku segera.

5 comments: