Monday, September 30, 2013

Indah

Bunga itu indah.
Makanya, wanita itu identik dengan bunga. Karena mereka suka dikatakan indah.

Tapi, tahukah sahabat??
Wanita bukan untuk disanjung, karena ia akan lena dibuatnya.
Wanita bukan untuk ditinggikan, karena ia akan sombong dibuatnya.
Wanita bukan pula untuk direndahkan, karena hatinya akan sakit dibuatnya.
Karena ia begitu lembut

Wanita itu cukup dijaga.
Jaga cintanya pada Allah
Jaga imannya pada agama
Jaga hatinya..
Jaga izzahnya..
Jaga kasihnya..
Jaga kepercayaannya..
Jaga apa yang ia punya..

Wanita terlalu mudah lupa.
Karena ia mendahulukan perasaan daripada logika.
Wanita, tidak butuh solusi.
Karena ia hanya ingin didengarkan.


Sahabat, bahagialah menjadi wanita yang indah karena kesholihannya. :)



Friday, September 27, 2013

This is I'm


Beda episode, tentu beda cerita. Karena kita diciptakan dalam keadaan yang tak sama. Tapi, itu justru yang membuat hidup itu unik.

Yah, berbeda.
Karena beda itu adalah keunikan.

Kadang, kita menuntut ingin sama dengan orang lain, karena sepertinya mereka tak punya masalah. Padahal, hidup itu membawa paketan yang sama. Yang berbeda adalah cara kita menjalaninya. Apa ingin seperti oranglain atau menjadi diri sendiri. Padahal yang mesti kita sadari, diri kita pribadi lah yang unik, karena berbeda dengan yang lain.
Yah, lumayan pelik merangkai kalimat beda ini. Namun, ini kerap terjadi pada kita yang tak bisa menerima kondisi karena suatu masalah.

Kita juga kadang pernah merasa lebih dibandingkan orang lain. Padahal kelebihan juga merupakan paketan yang dibawa masing-masing kita. Belum tentu kita bisa melakukan apa yang orang lain lakukan, begitupun sebaliknya.

Padahal, sebaik-baik kita  adalah yang mengabdi pada Tuhan dan memimpin diri sendiri serta orang lain menuju jalan kebenaran. Banyak yang telah menyadarinya. Tapi, apa buktinya??
Kita sering tak bersyukur pada Sang Khaliq. Kita juga sering lalai beribadah pada-Nya, bahkan dengan mudahnya meninggalkan apa yang telah diperintahkan. Semua itu karena kesombongan yang mengunci hati hingga tak bisa menerima kebenaran.

Sahabat, semua pilihan ada pada kita. Mau jadi diri sendiri atau sama seperti orang lain. Mau bersyukur atau kufur, mau takwa atau fujur. Semua terletak dalam genggaman kita.
Tetaplah jadi yang paling unik dengan tetap melakukan Titah Tuhan. 


Thursday, September 26, 2013

Explorer


Basa Counter

Lintasan alam selalu menarik untuk dinikmati. Warna kehidupan, yang membuat tarikan nafas menjadi lebih dalam.

Hmm.. Segeer!!
Kali ini, aku mau ngajak teman-teman untuk ikut dalam sebuah petualang. Menjelajah bersama dua orang temanku juga tentunya.

Ini adalah salah satu sisi bumi Sukaraja, Bengkulu. Sang alam yang membuat mata tak puas untuk menatapnya. Sejuk dan mengembalikan kejernihan pada pikiran yang lumayan stres akhir-akhir ini.  Mhm..


Pagi-pagi kami sudah bersiap untuk explore beberapa tempat, sambil bantu temen yang mau penelitian akhir di kebun karet dan sawah milik keluarganya Bunga Rika. Kalo trip (ceilah, gayanya pake trip segala..ha) menuju kebun karet, alhamdulillah lacar.. Tapi, kalau ke sawah, jalannya nggak nanggung-nanggung nih.


Becek semuaaaa.......!! 
Mungkin karena semalaman hujannya cukup panjang. Kalau udah dapat  jalan becek yang lumayan panjang, Inga Siti yang aku bonceng pun harus turun. Kasian sih dianya harus jalan, tapi mau gimana lagi .. (Manyun,HIHI). Setelah insident naik turun motor, akhirnya lelah terobati juga dengan kesejukan memandang hamparan yang menghijau. Jadi teringat kampung, hiks.. (Loh, kok malah nangis yah??)



Lanjut deh.. Niat awalnya mau bantuin foto-foto tentang hasil penelitian Bunga Rika. Eh, malah orangnya pada narsis mau difoto terus-terusan..
Tapi aku nggak ya, kan jadi photographer-nya,hehe.
Bunga Rika dan Inga Siti

Males ngikut, jadi motonya jauh-jauh.. hihi


Jedar Jedar Badai..
Tuh, yang di atas bukan ada badai ya. Biar jadi moto baru anak alay aja.. Wkwkwk *peace!!!..
Setelah check ‘n recheck semua hasil penelitian, kami pun bergegas menuju pondokan yang sepertinya lumayan untuk berteduh. Masih ada waktu satu jam lebih dari waktu zuhur, kami pun memanfaatkannya untuk rehat sejenak. Aktivitas tidur-tiduran kami harus terpotong, karena sebentar lagi sepertinya akan hujan. 

Untuk perjalanan pulang, aku meminta gantian dengan Inga Siti yang bawa motor. Ketika ia mau keluar menuju pematang, aku masih bersiap-siap di pondokan.
Bruukk..
Kepalaku nongol dari balik pondokan. Eh, nggak taunya Inga Siti nyungsep di sebelah pematang.. 


Waduh, waduh.. (panik + mau ketawa. Kok bisa??)Untung aja ada bapak Bunga Rika yang lagi membersihkan pekarangan kebun karetnya dengang segera membantu.
Perkiraan ternyata benar, kegelapan menyelimuti langit yang memayungi kami. Alhamdulillah, kami menang sehingga sampai lebih dulu di rumah daripada hujannya.Hihihi..

Tapi, mau nggak mau juga pada basah-basahan. Bawaan oleh-oleh dari sawah, lumayan tebal. Jadi harus segera dicuci tuh vario, sekalian orangnya.haha..
Walaupun capek sangad, tapi serruuuuuuuuuuuuuuuuuu.....!!!
Ini petualanganku kali ini. Apa petualanganmu?? wkwk

 

Tuesday, September 24, 2013

The Rainbow Of Life

Di kepahyang, Bengkulu. Rihlah ke kebun teh
Kebun Teh Kebawetan, Kepahyang



One million facts of hopes
As the hunter of desire
They said ‘don’t be afraid with bad wolves
Till the time will fetch entire’

The rainbow of life
Like a handfull word in my hope
Like a color of step is one of my future
I realize, get the star is not the aim to top
But, just about how to appreciate
All the thing that i have been rife

It’s my rainbow life It’s my wonderful thing
It’s my lovely sing
It’s my enchanted wing
I’ll be proud to be me
I’ll not afraid again to face the rainy

With all my weakness and the strength of
I promise to the God
To spread the human being a love
To string a harmony in our life

Monday, September 23, 2013

Beasiswa Part 3


Pasca  tragedi hasil Ujian Nasional itu, aku dan teman-temanku pun tetap harus melanjutkan pendidikan. Mau tak mau, Sita Indiva dan Medita harus rela menggantikan lembaran ijazah belajarnya selama tiga tahun, digantikan dengan sehelai ijazah paket B. Tapi itu bukan halangan untuk menuju sukses. Aku yakin, dengan atau tanpa ijazah, kita semua bisa sukses. Asalkan kita mau terus berikhtiar.
**
Setelah mengetahui nilai ujianku yang ternyata masuk 10 besar, semangatku menggebu-gebu untuk bisa melanjutkan pendidikan ke SMA terbaik dan favorite di Mukomuko, tempatku berada. Dengan harapan, kualitas dan kuantitas belajarku semakin baik. Hanya saja, dikarenakan tempatnya agak jauh dari keberadaanku, aku tidak diizinkan bolak-balik dari rumah ke sekolah. Bahkan, aku mengutarakan pada mereka akan mengontrak kos-kosan saja bersama teman-temanku yang lain, ternyata orangtuaku pun masih berat untuk melepaskanku.
Akhirnya, aku masuk SMA N 2 Lubuk Pinang, yang paling dekat dengan segala kepasrahan. Tapi, bukan berarti aku harus pasrah dengan keadaan. Berharap saja, semoga sekolah yang masih sangat muda didirikan ini, bisa menjadi partner belajar yang mencerdaskan.

“kwalitas itu tak selalu ditentukan karena sekolah yang favorit atau tidak. Itu tergantung pada kita mau belajar sungguh-sungguh atau tidak,” Petuah kakakku itu masih terngiang-ngiang sampai sekarang.

Kadang, masih terpikirkan nasihat guru matematikaku, Pak Hardy yang mengatakan ‘kalau kita berkumpul dengan orang yang pintar, maka kita akan ikut pintar pula, begitupun sebaliknya’.
Namun, mematuhi orangtua menjadi pilihanku. Alhasil, aku bisa mendapat beasiswa untuk peringkat 7 besar nilai Ujian Nasional tertinggi di SMA N 2 Lubuk Pinang. Rezeki pertama itu, memang tak pernah disangka-sangka.
Baru kusadari, ini lah yang terbaik. Disini, mungkin saatnya membangun citra belajar sungguh-sungguh adalah poin utama. Aku pun mulai optimis di sekolah yang baru tiga tahun diresmikan menjadi sekolah negeri itu.. 

Aku akan menunjukan kesungguhanku untuk menuntut ilmu walaupun dengan keterbatasan fasilitas.
Alhamdulillah berkat semangat dari keluarga, semester pertama saya mendapatkan rangking satu di kelas. Tampaknya semakin hari semakin membuatku bersemangat untuk belajar. Bersaing secara sehat dan tidak mencotek adalah bagian dari pendirian yang aku harus tetap kupegang. Kadang harus sakit hati dan cemburu pada mereka yang begitu mudahnya melihat jawaban di buku dan contekan lainnya. Kadangpun harus lelah mendengar kata "pelit", karena tak mau membagikan jawaban. Padahal, kadang walaupun aku pernah tak belajar dalam menghadapi ujian sekalipun, aku tak takut salah dalam menjawab. Karena aku cukup puas dengan hasil yang lebih rendah dari teman-teman, karena itulah hasil belajarku. Tapi, optimisme tak boleh lekang untukku terus belajar jika ada kesempatan. Bisa jadi, karena kesibukan ekstra yang bertambah, kadang aku mulai down dan terlalu asyik bermain diluar.
Di semester kedua, aku ternyata turun peringkat menjadi rangking dua dengan selisih nilai yang sangat kecil.
Tapi, sudah lah. Kekecewaan bukan untuk dikenang. Setelah kenaikan akan ada persimpangan jurusan yang harus dipilih. Aku melihat nilaiku yang rata-rata tinggi di nilai eksak. Tanpa berpikir panjang, aku pun memilih jurusan IPA. Setelah disatukan dalam satu kelas XI IPA, ternyata didalamnya berkumpul para juara kelas dari A sampai E.
Aku tak tahu kenapa, selera belajarku kemudian menjadi biasa-biasa saja, kecuali di beberapa mata pelajaran seperti bahasa inggris, agama dan matematika. Aku mulai menyibukan diri dengan terus menambah ekstra yang kata orangtuaku hanya mengahabiskan waktu dengan sia-sia.
 Dengan adanya ekstra ini, harapanku bukan hanya untuk membuatku tidak terlalu kecewa jika peringkatku akan turun lagi, seperti semester sebelumnya.Tapi, aku yakin dengan hobi baru ini aku akan banyak memperoleh ilmu. Baik itu dari organisasi sekolah maupun kegiatan ekstra sekolah seperti OSIS, PIK KRR, PMI, PBB, Pramuka dan Atletik volly putri dan tidak ketinggalan les bahasa inggris. 
Full time in the school..  
Semua kulakukan dengan kesungguhan, walaupun aku menghabiskan waktu dari hari senin sampai minggu tanpa istirahat. Biarlah aku tak punya waktu berdandan untuk mempercantik diri seperti remaja yang lain. Yang ada di benak adalah bagaimana bisa membanggakan orangtuaku.
Alhamdulillah semua yang kujalani mendapatkan penghargaan yang baik. Aku bisa menjadi delegasi lomba volly putri tingkat kabupaten, bisa melihat kota metropolitan tanpa biaya dari orangtua dalam delegasi kabupaten untuk Raimuna Nasional 2008, Juara I Lomba Bahasa Inggris Tingkat sekolah yang diadakan ikatan alumni SMA 02 Lubuk Pinang yang berkuliah di UNIB. Dan tak kalah penting aku juga mendapatkan juara 1 lomba sains mata pelajaran TIK tingkat kabupaten, dan dibiayai untuk bersaing tingkat provinsi oleh pemerintah kabupaten. Yang membuat aku senang, aku bisa membanggakan orangtua dengan hal kecil ini. Love U my Family

Beasiswa Part 2


Segera saja aku mengajak Sita ke rumah Sita Indiva dan Medita. Ternyata dugaanku benar. Sita Indiva yang tidak lulus. Bahkan Medita pun juga tak lulus?? Sangat sulit untuk kupercaya..

‘permainan macam apa ini??’, batinku.
Sungguh ironi!! Melihat kedua sahabatku yang tak berdaya itu, aku tak sanggup menahan buliran panas yang membasahi pipi. Terselip do'a dan motivasi untuk tetap tegar yang bisa terucap kini. Padahal, mereka bukan orang yang bodoh ataupun nakal,apalagi pemalas, bahkan mereka termasuk siswa yang berprestasi di kelas dan juga mengharumkan nama sekolah. Tapi, apa yang bisa diperbuat kalau sudah begini?? Aku hanya bisa ikut menyesali aturan yang sungguh tidak adil ini. Tiga hari ujian nasional bisa menggagalkan semua hasil yang telah diraih selama tiga tahun. Sungguh sangat disayangkan, bukan?
**
Di rumah, semua orang menunggu. Aku melihat motor Ayah, berarti beliau sudah pulang. Saya mengucap salam dan langsung masuk rumah. Ayah keluar dari dapur.
“Ayah tadi ke SMP, tapi kata Pak Hardy amplopmu sudah diambil ya?,”tanyanya penuh antusias
Sepertinya ayah langsung konfirmasi. Takut-takut kalau aku bakal ngambek duluan.
“Dodo yang ngambilkan. Nih..”sodorku padanya dengan agak cuek.
“Ayah sudah tahu. Bahkan nilaimu sudah dikasih tahu sama Pak Hardy,”
“ohya? Emang berapa nilainya, Yah?” sahutku penasaran
“Rata-rata tujuh ke atas semua, lupa ayah tepatnya berapa.”
Aku pun meninggalkan Ayah menuju kamar dengan senyum mengembang.Ternyata hasil jerih payahku tak sia-sia. Walaupun tak mendapatkan nilai sempurna, nilai itu lebih dari cukup atas hasil dari belajar ekstraku selama ini. Dan lagipun, nilai itu kugenggam dengan penuh kesungguhan dan hasil kerja yang fair.

To be continued..