Tuesday, December 22, 2015

Resep ala-ala

Akhir-akhir ini lagi kreasi buat makanan yang bisa bikin selera. Kadang malas makan siang, karena emang nggak disiapkan makan siang di asrama. Udah kebiasaan, kalau siang pasti cari makan sendiri-sendiri. Kebanyakan pada beli, atau makan lauk pagi jika masih ada sisa. Kalau memang habis, ya mau tak mau beli.
Sedangkan sekarang wabah hepatitis sedang marak, maka lebih aman kalau saya masak sendiri saja.
Kalau udah masuk dapur, siap ubrek-ubrek bumbu sisa yang piket masak. Buat apa aja yang mampu di olah jadi makanan. Dan senangnya kalau masak, semua bisa ngumpul. 
Makan bareng..
Apapun masakannya kalau makan bareng jadi makin nikmat. Tetap habis, walau kadang keasinan atau bahkan tidak berasa asin sama sekali.hee... Memang sungguh berkah hidup dalam jama'ah. Dan kalau udah habis, berasa senangnya tuh ala chef..gkgkgk
Dan beberapa makanan yang saya buat, di recommended jadi salah satu menu baru untuk warga asrama.

Seperti hari ini, aku mulai meracik bahan yang ada. Seseorang mendekat karena wangi yang ditimbulkan dari atas kompor. Tak berapa lama, ia penasaran dan bertanya dengan bahasa planet mix and match warga asrama Rumah Qur'an IPB.

S(She): Mbak, What are you cooking?
M(Me): I don't know yet. Just see later.
S: What do you call for this cooking?
M : I don't even think the name for this.
Smiling... 'But, I will.. '(Dalam hati).

Beberapa menit kemudian sudah tersaji rapi dan siap di jepret. Lumayan, buat hiburan atau apalah yang membuatku tak bosan walau di rumah saja setiap harinya.
Mulai beraksi memanggil para santri yang udah pulang waktu siang.

Anak RQ.. Yang mau makan ke atas ya.

Satu persatu mulai keluar. Kita pun mulai makan sambil ngobrol. Asyik membahas bumbu-bumbu yang kuuraikan.  Setelah itu, kami saling bertukar pendapat. Akhirnya, kita sepakat dengan nama makanan sederhana yang bisa didapatkan resepnya di sini. Selamat mencoba!

Tempe macin (macaroni cinta)

Ini dia resep siang ini. Masaknya nggak pake lama. Apalagi masak siang sambil nahan laper, jadi kalo masak biasanya sesingkat-singkat mungkin..hihi.. Dan ini semuanya di masak dengan otodidak, sesuai dengan kadar kemampuan dapur..
Ini dia resepnya:

Bahan: tempe/ayam. (Boleh di ganti sesuai selera, tergantung keuangan lah ya). Di balur dengan bumbu kunyit+garam agar wangi.

Bahan kuah:
- makaroni satu genggaman (kebetulan ada di dapur)
- bawang putih 2siung, kemiri satu butir (haluskan)
- cabe merah 2 bh, di iris suka-suka (saran:makin pedas makin sedap.)
- 1/4 liter air bersih
- garam,gula,kecap secukupnya
- 1 lembar masing2 daun jeruk dan daun salam
- tepung sagu 1 sendok.
- minyak goreng 1/4 kg.

Caranya:
1. Panaskan minyak di frying pan,  ( sisakan sedikit minyak untuk menumis). 
2. goreng tempe hinga kuning kecoklatan, lalu sisihkan.

Masak kuah di tungku yang berbeda.
1. Tumis bumbu halus+cabe iris di minyak panas sedang. Aduk hingga harum
2. Tambahkan air, lalu masukan makaroni, dan daun jeruk dan salam. Tunggu 10menit sambil diaduk.
3. Masukan garam,gula,kecap. Sesuaikan dengan selera. Aduk hingga rata.
3. Masukan sagu, aduk cepat agar rata.
4. Tunggu hingga mengental. Setelah itu. Jangan lupa matikan kompor ya..

Finishing:
1. Siapkan piring saji, tata tempe hingga setengah piring.
2. Tuangkan kuah di tempat setengah nya lagi
3. Taburi irisan daun jeruk untuk garnish
4. Ready to serve

Bisa untuk makan 1- 5 orang. Tapi biasanya kita di RQ lebih rame, dan bisa-bisa aja makan bareng.
# berkah
# jama'ah

Resep yang hampir mirip, tapi beda bumbu bisa di lihat di Potatoes Steak ala home 

Potatoes Steak Ala Home made

Ada saatnya kadang malas makan nasi. Tapi mie, bakso dan jajan tak bisa memenuhi kebutuhan siang kita. Maka saya akan mencoba mengganti nasi dengan kandungan yang tak jauh dari nasi. Jika kalian pernah merasa malas makan nasi, tapi nggak suka makanan instan dan pakai msg, makanan satu ini bakal cocok nemenin aktvitas siang kamu.
Ini dia resepnya:


Bahan: 5 buah kentang besar sedang. Kupas, potong menjadi 8 bagian/bh.
Lumuri garam secukupnya, tunggu kandungan airnya keluar, agar saat digoreng tidak lama dan hemat minyak tentunya.


Bahan kuah:
- makaroni satu genggaman (kebetulan ada di dapur)
- bawang putih 2siung, kemiri satu butir, dua cabe rawit hijau (haluskan)
- 1/4 liter air bersih
- garam,gula secukupnya
- tepung sagu 1 sendok.
- minyak goreng 1/4 kg.


Caranya:
1. Panaskan minyak di frying pan,  ( sisakan sedikit minyak untuk menumis). 
2. goreng kentang hinga kuning kecoklatan, lalu sisihkan.


Masak kuah di tungku yang berbeda.
1. Tumis bumbu halus di minyak panas sedang. Aduk hingga harum
2. Tambahkan air, lalu masukan makaroni. Tunggu 10menit sambil diaduk.
3. Masukan garam,gula secukupnya. Sesuaikan dengan selera. Aduk hingga rata.
3. Masukan sagu, aduk cepat agar rata.
4. Tunggu hingga mengental.


Finishing:
1. Siapkan piring saji, tata kentang hingga setengah piring.
2. Tuangkan kuah di tempat setengah nya lagi
4. Ready to serve


Bisa untuk makan 1 - 2 orang. Tapi biasanya kita di RQ bisa lebih dari 5 orang, dan bisa-bisa aja makan bareng.
# berkah
# jama'ah
# no msg

Resep yang simpel bukan? Just try at your kitchen... Tunggu resep selanjutnya yawww...

Wednesday, December 16, 2015

Kenangan

Jika ditanya apakah kita punya kenangan, jawabnya pasti. Tapi coba kita tanya pada diri, bagaimana kenangan yang kita punya. Pasti jawabannya berbeda-beda lagi pada setiap orang. Apalagi yang kita alami satu sama lain tidak lah sama. Maka miliki lah kenangan kita dalam setiap detik selama masih bernafas.

Teman, apakah kenangan itu berharga menurut kalian? Tentu bukan diukur dengan nilai uang. Kita pasti punya jawabannya masing-masing. Seberapa berharga kenangan itu. Seberapa besar kita mampu menghargai sebuah kenangan itu.

Kita memang tidak hidup hanya untuk sebuah kenangan, tapi  dengan kenangan kita merasa hidup.

Mungkin itu yang bisa kurasakan. Karena dengan kenangan, baik itu bahagia, kecewa, kegagalan dan semuanya itu pembelajaran terbaik dalam hidup. Belajar lebih dan lebih dari masa sebelumnya. 

Sebenarnya aku tidak ingin banyak mengulas tentang sebuah arti dari kenangan itu. Karena hari ini aku harus belajar melepaskan sebuah benda yang aku anggap sebuah kenangan berharga.

Sebuah baju kehormatan sebagai salah satu peserta terpilih untuk mewakili daerah dalam kancah nasional. Karena moment itu adalah prestasi nasional yang pertama kali ketika masa Sekolah Menengah Atas. Prestasi yang bisa membawaku bertemu kawan-kawan seantero indonesia bahkan beberapa dari luar negeri. 

Ya, padahal tidak hanya baju yang kudapatkan. Tapi, baju itu seolah-olah sangat nyaman untuk ku pakai bertahun-tahun sehingga ke manapun ku pergi, aku tetap membawanya. Padahal sudah hampir 10 tahun terus di pakai sehari-hari. Bukan tersimpan rapi di lemari. Bayangkan aku memakai baju kaos itu ketika santai, agenda outbond dan lainnya, bisa bertahan begitu lama. Bukannya tidak pernah robek, tapi aku kembali menjahit dan menjahitnya hingga masih bisa ku pakai bertahun-tahun. Tapi kali ini aku benar-benar harus merelakannya menjadi kain pel.

Sedih. Kebersamaan yang kupertahankan sekian lama harus kandas hari ini.
Tapi, kembali ku bisa belajar dengan kehilangan ini.

Sebuah kenangan itu tak terbatas oleh ruang dan waktu. Apalagi hanya dengan sebuah benda. Karena kenangan indah itu bersemayam di jiwa, bercahaya di pelupuk mata.

Tuesday, December 15, 2015

Kebun Strawberry

Sebagai pecinta buah, pasti tak akan mau melewatkan tempat wisata yang satu ini.

Tadaaa...
Akhirnya aku bisa sampai ke kebun strawberry di kawasan puncak Bogor ini ditemani seorang teman. Awalnya sih memang tidak ada rencana ke sana, karena katanya lagi nggak musim juga. Maka kita putuskan ke Taman Bunga Nusantara dan kebun teh saja, yang saya bahas di tulisan lainnya.

Kawasan kebun strawberry ini memang dekat dari jalan raya, membuat ketertarikan sendiri untuk masuk. Apalagi di balihonya terlihat strawberry yang merah dan segar serta tertulis petik sendiri.Akhirnya kita sepakat juga untuk mengunjunginya.

Untuk masuk ke kebun strawberry ini, kita hanya perlu mengeluarkan Rp. 7000 saja/orang. Dengan membeli satu tiket, kita akan di service segelas jus strawberry secara gratis. Jadi nggak rugi lah ya beli tiketnya. Anggap saja lagi beli jus.hee..

Tapi, dengan adanya tiket bukan berarti kita bisa memetik buah strawberry semaunya dan pulang tanpa bayar. Tiket itu bisa digunakan untuk masuk kawasan kebun, melihat-lihat, foto dan sebagainya. 
Jadi, seberapa banyak buah yang kita petik, maka seharga itu pula yang akan kita bayar. Nah, dan perlu diingat di larang setelah di petik langsung makan sepuasnya di kebun itu. Jadi, intinya jangan makan buah strawberry nya sebelum di bayar ya guys..

Tapi, ketika ke sana buah strawberry nya hampir habis, bahkan harus teliti sekali menjelajahi kebunnya untuk mendapatkan yang matang. Karena ketika di tanya ibu-ibu yang setiap hari membersihkan kebun itu, mereka mengatakan bahwa peminatnya banyak. Bahkan setiap hari selalu ada yang berkunjung dan memetiknya. Sedangkan buah strawberry nya tidak bisa berbuah langsung matang.

Ya ya, lucu juga dengan fenomena itu. Kalau di lihat sekilas di kebun itu tidak ada lagi buahnya. Tapi kalau di cari-cari lumayan juga. Sampai berlumpuran saking asyiknya mencari. Ya, karena musim hujan kawasannya jadi agak becek.

Setelah beristirahat di pondokan dalam kebun strawberry, akhirnya kita bisa pulang dengan satu ons buah strawberry di tangan.




Taman Bunga Nusantara

Kenapa wanita itu sering diilustrasikan seperti bunga? Mungkin karena sama-sama indah bisa jadi salah satu jawabannya.

Bunga itu memang indah. Ia hiasan yang membawa keindahan di tempat ia berada. Keindahan yang menyegarkan mata ketika melihat berbagai macam bunga yang tumbuh berwarna-warni.

Kini kita tengah berekspedisi di suatu tempat yang berkaitan dengan bunga. Taman yang berada di puncak, Bogor, menjadi target wisata kali ini. 
Kami sampai di kawasan sekitar jam  tujuh pagi, bahkan gerbangnya pun belum di buka. Memang sengaja berangkat setelah subuh, untuk menghindari kemacetan.

Taman Bunga Nusantara ini menjadi salah satu tempat wisata favorit di daerah puncak, Bogor. Terbukti dengan banyaknya turis yang mengunjunginya, walaupun weekday. Harga tiket masuk kawasan ini, kita perlu mengeluarkan uang sebesar Rp. 35.000 per orang. Walaupun jalannya lumayan jauh, tapi perjalanan kami selama dua jam yang menggunakan motor dari Dramaga, terbayarkan ketika masuk kawasan taman bunga nan cantik ini.

Hal yang pertama ketika masuk, kami mencari toilet dan mushola. Karena udah waktunya dhuha. Maka kami singgah di mushola di dekat Taman Jepang, ia yang terdekat dari pintu kami masuk. Dan kami bisa istirahat sejenak sebelum kembali berjalan kaki menyusuri satu persatu kawasan taman.
 






Berbagai macam gaya taman dan bunga yang dapat kita lihat di peta untuk mempermudah kita memilih atau mengelilingi setiap Taman. Mulai dari Taman Jepang, Taman Perancis, Taman Dahlia, Taman Anggrek dan yang lainnya. Namun kami hanya singgah dan mengambil potret di beberapa tempat saja. Karena akan ada beberapa tempat lagi yang akan kami singgahi, maka tidak semua taman bisa kami kunjungi. 

Setelah kurang lebih dua jam berkeliling, kami pun harus melambaikan tangan tanda perpisahan. Berharap kelak masih bisa mengunjunginya..

Sepulangnya dari sana, kami sempatkan melihat Kebun Strawberry dan juga Kebun Teh di tepi jalan sambil makan siang. Subhanallah.. Sungguh, kenikmatan yang tak akan mampu ditukar dengan uang.

Monday, December 14, 2015

Aku dan hapalanku

Beberapa hari ini aku kepikiran untuk menuliskan pengalaman yang ku alami ketika berkelana. Bukan maksud untuk pamer dengan pengalaman yang sedikit ini. Hanya berharap jejak ini nanti akan bisa menjadi kenangan yang indah dalam hidupku. Apatah lagi jika bisa membawa manfaat bagi orang lain, terutama di diri sendiri.
Tak terasa, aku sudah satu tahun di pulau Jawa. Berangkat dari Bandara dengan ridho orang tua, berharap pulang kembali dengan hasil yang nyata. Aku tak memikirkan, harapan dan beban yang ada di pundakku saat ini, yang ku tahu Allah memperjalankanku menuju salah satu cita-cita yang pernah ku tuliskan beberapa tahun lalu, yaitu menghapal Qur'an. Bahkan aku menulisnya ketika belajar tahsinku masih tingkat ke tiga. Apalagi berpikiran bisa mengahafal 5 juz ketika sambil kuliah. Tapi Allah mengaturnya begitu apik. Hingga aku seperti terbang ke langit dan tanganku begitu ringan memetik bintang-bintang. Memang semua sudah jadi kuasa Allah. Maka, ketika pertama kali aku memutuskan untuk mengambil kesempatan ini, aku hanya berharap nantinya akan bisa membahagiakan orangtuaku terutama.

Memang untuk jauh dari keluarga bukan suatu yang gampang, tapi tidak pula sangat sulit.
Udara dan makanan yang berbeda antara Sumatera dan Jawa, acapkali menjadi masalah. Namun, semua proses harus tetap di jalani hingga nanti akan terbiasa dengan semua ini. Aku berpikir setelah sekian bulan aku di sini, aku tak akan mudah sakit lagi. Walaupun nyatanya tak demikian.
Tapi, mungkin itu lah yang namanya perjuangan.
Menahan rasa kantuk, lapar adalah teman agar tetap bisa berlama-lama dengan alqur'an. Walau godaan ternyata tak menyerah begitu saja. Kadang terlalu asyik mengobrol dengan teman se asrama, asyik tidur hingga sore. Hingga setoran hanya bisa seadanya. Bukan tidak pernah di tegur oleh kepala yayasan, bahkan setiap hari kami diingatkan agar tidak tidur pagi, berjauhan dengan teman ketika mengahapal, perbanyak istighfar ketika hafalan tak lengket-lengket, serta banyak berdo'a karena Allah yang akan memasukan ke dada para penghafal. Jadi, jangan mudah puas dan sombong ketika mampu mengahapal dengan cepat. Semua kuasa Allah, yang berkuasa memasukan di dada penghapalnya. Maka Allah juga berkuasa mencabutnya lagi dari para pengahapal dengan cara menyibukan kita dengan yang melalaikan. Na 'udzubillahi min dzalika.

Memang adakalanya begitu semangat, tapi adakalanya pula mulai kendor. Memang lebih baik jika ada yang mengingatkan, hingga tak berlama-lama menghabiskan waktu untuk hal yang tidak perlu. Dan menghapal sebenarnya bukan pekerjaan satu dua hari, satu dua bulan, atau juga satu dua tahun. Tapi menjadi shohibul qur'an itu seumur hidup. Mungkin ada yang bisa setoran seluruh isi al qur'an dalam waktu tertentu. Entah itu satu hari, satu minggu, satu bulan, satu tahun. Tapi tetap saja untuk mengokohkannya butuh waktu yang lebih dari itu. Bahkan bisa seumur hidup harus selalu dikuatkan.

Bersungguh-sungguh dan konsisten adalah ikhtiar yang sebenarnya. Memang itu berat, aku pun masih jauh dari hal itu. Tapi aku terus berusaha semampuku. Aku abaikan pertanyaan yang membuat hatiku kecil.
Aku berserah pada-Nya. Allah yang memperjalankanku, maka Ia Maha Kuasa untuk membuatku sampai pada akhir dari destinasi perjalanan ini. Aku hanya bisa terus berjalan mengikuti arah dan berusaha tidak terjebak oleh liku-liku dan terjal jalan yang ku tempuh.
Menghapal itu suatu kenikmatan menurutku, apalagi penuh dengan perjuangan ketika mendapatkannya. Aku bahkan salut dengan seorang temanku yang ia mempunyai tumor otak yang sering kambuh, ia begitu semangat menghapal. Karena baginya sakit fisik tak menghalanginya untuk menghapal, asal jangan sakit ruhnya. Masya allah. Aku selama ini masih manja. Sakit sedikit, tidak bisa setoran.
Aku hanya berharap, aku bisa menyelesaikan hapalanku segera.

Tuesday, December 8, 2015

Inspirasi hati

Awalnya aku sedikit terkejut, ketika diceritakan ia meminta untuk pakai jilbab ke sekolah pada ibunya. Padahal ia tidak pernah di doktrin orang tuanya untuk pakai jilbab dalam usianya sekarang. Ia juga tak bersekolah di sekolah islam, bahkan di sekolahnya sendiri pun sangat jarang bahkan boleh dikatakan tidak ada yang berjilbab. Karena memang di sekolah negeri itu, tidak ada peraturan untuk memakai seragam yang tertutup aurat.
Lagipun saya yakin anak berusia 8 tahun itu belum tahu apa-apa tentang wajib tidaknya memakai jilbab.
Di situ aku penasaran!!
Dan mencoba mencari tahu langsung apa yang ada di pikiran bocah itu dalam dialog via hape.
Manda: kin sekarang kata ibu udah pakai jilbab ya?
Kin : ya ( jawabannya selalu pendek?
Manda: siapa yang suruh kin pake jilbab? Ayah, ibu, paman atau nenek?
Kin : nggak ada. (Lagi2 jawaban singkat)
Aku semakin penasaran, aku lanjutkan bertanya.
Manda : kin mau pake jilbab sendiri ya?
Kin : ya
Manda : memang kenapa mau pake jilbab?
Kin : HEBAT..
Manda: hebat?! Emang hebat kenapa?
Kin: HEBAT aja.

Aku terdiam sejenak. Antara sedih dan terharu bahagia. Sedih karena jarak yang membuat interaksi aku dan dia tak seintensif ketika aku di rumah. Haru, anak sekecil itu punya pemikiran bahwa memakai jilbab itu sesuatu yang hebat.
Di tengah anak-anak lain di paksa oleh orangtuanya, ia melihat dan memahami dengan caranya sendiri.

Lalu aku pun kembali bertanya.
Manda: kin mau terus pake jilbab sampai besar?
Kin : ya.. (Aku mengaminkan dalam hati)
Manda: semoga selalu istiqomah pake jilbabnya nak.

AAMIIN..

Akhir percakapan yang membuat dadaku bergetar hebat. Teringat beberapa bulan lalu, dia masih ke sekolah memakai seragam merah putihnya yang pendek. Bahkan dia masih selalu bertanya setiap malamnya menjelang tidur.
'Kenapa manda selalu pakai jilbab?'
Dan aku menjawabnya dengan tersenyum lebih dahulu. Dan mencoba menjawab dengan apa yang bisa ia pahami. Bahkan aku sudah lupa apa yang persis aku katakan padanya.

Karena mungkin ia sedikit aneh, ketika aku pulang selalu memakai jilbab. Bahkan di rumah, ketika kondisi tertentu. Aku yakin bukan karena tidak ada yang ia lihat pake jilbab selain aku di sana. Cuma saja, mungkin ia lihat sedikit berbeda dibanding yang lainnya.

Aku tidak ingin banyak cerita lagi. Ponakan ku yang satu ini memberiku semangat baru kala ku mulai hanyut oleh dunia.

Semoga Allah meridhoimu menjadi anak sholehah..
menjadikan mb tauladan kelak bagi adikmu..
Do'amu sebagai perisai yang akan melindungi ayah dan ibumu..
Semoga terus menjadi inspirasi orang-orang di sekelilingmu..
Do'a kami selalu untukmu.

# teruntuk ponakanku kikin.
Jika kau sudah besar kelak, dan catatan ini masih bisa kau baca. Maka kin akan tahu maknanya.
# selamat ujian
# semoga tetap jadi juara
# juara di hati
# keep fighting..
# salam sayang dan rindu
# manda kinrin

Sunday, December 6, 2015

Kau Yang Rasa

Seperti yang kau bilang, aku pun ingin begitu.
Seperti yang kau harap, aku pun telah lama berharap.
Tapi aku tak seperti itu. Tak seperti yang kau rasa.

Karena aku hanya manusia biasa. Aku bukan mutiara yang berkilauan. Bersinar dengan kilauan yang begitu bercahaya. Wajahku ini penuh debu. Aku juga bukan bidadari, yang tertunduk malu, taat lagi patuh. Bahkan tubuh ini juga di penuhi asap jika saja aku tak mencari sumber air yang banyak untuk menyiramnya.
Semua seperti berkebalikan dengan apa yang kau lihat, teman.
Aku tidak ingin menyanggah agar di anggap semakin indah.
Ini sebuah pengakuan.
Agar kau tak menyesal nantinya ketika pada akhirnya tetap memilih aku.

Friday, December 4, 2015

Taman hati

Taman... Tempat yang ingin selalu aku kunjungi setiap pagi dan sorenya. Untuk menikmati cuaca, melihat kuncup bunga yang mulai mengembang, membaca buku kesukaan atau hanya sekedar ingin melihat suasana taman yang sekali-kali diiringi pejalan kaki yang melewatinya. Mungkin juga aku hanya ingin menyendiri atau bahkan merenung di antara semerbak aroma serbuk putik yang berjatuhan.

Begitu damai. Itu yang mampu kurasa dan kubayangkan. 

Bersamainya, mengajarkan aku untuk menjenguk taman hati ini.
Yang entah aku tumbuhi dengan apa, dan bagaimana kualitas benih-benih sudah ku taburi setiap waktunya. Pun entah aku sirami dengan apa, untuk bisa ku nikmati hasil bunganya kelak.

Taman Hati. Seolah bunganya kini tengah berguguran di musim hujan. Bercampur baur dengan aroma lumut yang memenuhi dinding pot. 

Mungkin sudah saatnya taman itu kuperbaharui, agar bisa ku siapkan taman hati yang baru,  yang akan
tumbuh semakin indah walau di tengah musim yang semi.

Sepasang sandal

Bagai sepasang sandal, ia hadir untuk saling melengkapi. Indah di kala digunakan secara bersamaan. 
Ia tak berfungsi kala sendiri, bahkan jika dipaksa digunakan membuat orang lain berjalan pincang karenanya.

Seperti sepasang sendal itu, sejalan seirama. Iringan bersenada saling mengikuti langkah-langkah. Menyamakan ritme posisi dengan begitu akurnya..

Mhm.. Sepasang sendal itu.. Tidak kah hadir di hadapan mu dengan senyum penuh nasihat?

Thursday, December 3, 2015

Istana di awan

Hmmm... Ffuuuhh... Aku mengambil nafas panjang, dan kembali ku lepaskan ke udara. Serasa aku baru saja kembali dari pertapaan selama ratusan hari.
Yah, aku kembali di dunia antah barantah ini. Dimana aku membangun istanaku sendiri. Mungkin ini lah yang ku sebut negeri atas awan. Dengan singgasana yang sulit di jangkau banyak orang, tapi mereka tahu aku ada di sana, sedang duduk sambil memikirkan nasib rakyatnya yang masih samar.
Sepertinya saya sudah sedikit berlebihan. Tapi yang pasti aku baru saja kembali. Dengan musim yang berbeda ku ingin menyapa mereka yang di sana. Yang selalu menanti kepulanganku dengan sabarnya. Tanpa lelah selalu menanyakan kabar. Sebenarnya aku hanya ingin mengatakan rindu, tapi serasa begitu malu. Hmm..
Ingin bercerita tentang pertapaanku yang tak selalu berjalan mulus. Ada-ada saja bisikan yang kadang membuatku terlintas 'sudah lah, menyerah saja. Nanti kau bisa bertapa juga di tempatmu yang baru. Atau di istanamu yang baru kau akan lebih fokus lagi'. Lagi-lagi ku harus hela nafas panjang, ketika jeritan-jeritan kemarahan itu bermunculan, karena mereka saja tang belum paham. Tapi aku masih di sini. Aku lega saat ini masih bisa berada di istana ini. Walaupun pertapaanku penuh dengan cobaan, tapi bukankah aku masih bisa bertahan karenanya. Tidak ada yang sia-sia nyatanya. Walau kini aku lebih sedikit berani, keluar dari pertapaan tanpa harus lari meninggalkan istana ini. Karena misi masih berjalan, dengan tekad yang belum padam.

Terimakasih ayah,ibu dan kakak-kakak ku. Kalian semua adalah motivasi terbesar hidupku. Terimakasih teman, yang telah setia menyediakan telinga untuk mendengar candaan yang tak begitu lucu itu. Semoga Allah persatukan kita semua di surga-Nya kelak. Aamiin